Showing posts with label Cerita. Show all posts
Showing posts with label Cerita. Show all posts

Friday, February 25, 2011

Remaja berjilbab merenggut Keperawananku

Cerita Sex ini merupakan sebuah cerita dewasa yang kesannya sangat natural banget dan gagasannya sanget menarik dan nakal kalau dibaca dari awal pasti akan seru banget! cerita sex dewasa ini dikirimkan oleh seorang member situs ini yang minta nama dan identitasnya dirahasiakan ok kita langsung aja ke ceritanya : Meskipun awalnya ragu, akhirnya Pertiwi mau juga masuk ke rumah Muhris. Dadanya berdegup kencang karena ini adalah kali pertama ia main ke rumah teman prianya. Kamu tentu tahu Madrasah ‘Aliyah tempat mereka berdua bersekolah melarang hubungan lawan jenis seperti ini. Seperti halnya perintah tegas Sekolah kepada setiap siswi untuk mengenakan jilbab.
Tapi Pertiwi tak bisa menolak ajakan teman yang ia sukai itu. Dua tahun sudah mereka saling mengenal, sejak keduanya sama-sama duduk di bangku kelas satu. Dan perasaan suka itu muncul di hati Pertiwi tak lama setelah pertemuan pertamanya. Kalau tidak karena Muhris memberi sinyal yang sama, Pertiwi tentu sudah melupakan perasaannya. Tapi cowok itu terus saja bersikap spesial kepadanya, hingga cinta jarak jauh mereka terjalin erat meski tanpa kontak fisik.
Lalu tiga bulan yang lalu saat menjelang Ujian Akhir Sekolah. Kelas pria dan wanita yang biasanya terpisah mulai digabung di beberapa kesempatan karena alasan peningkatan intensitas pelajaran. Siswa putra duduk di barisan depan, sedang yang putri di bagian belakang. Tapi Muhris duduk di barisan putra paling belakang sedang Pertiwi di barisan putri paling depan. Maka tak ayal Muhris berada tepat di depan Pertiwi. Dan itulah awal kontak terdekat yang terjadi pada mereka. Biasalah… Awalnya pura-pura pinjam alat tulis, tanya buku, ini… itu… Tapi senyuman makin sering tertukar dan kontak batin terjalin dengan pasti. Kadang ada alasan bagi keduanya untuk tidak keluar buru-buru saat istirahat, hingga ada masa singkat ketika mereka hanya berdua di dalam kelas; tanya-tanya pelajaran—alasan basi yang paling disukai setiap orang.
Dua bulan lebih dari cukup untuk memupuk rasa cinta. Meski pacaran adalah terlarang, dan keduanya belum pernah saling mengutarakan cinta, tapi semua teman mereka tahu keduanya adalah sepasang kekasih. Hubungan cinta yang unik di jaman yang serba bebas ini. Dan Pertiwi begitu menikmati perasaannya. Setiap waktu teramat berharga. Sekilas tatapan serta seulas senyuman selalu menjadi bagian yang menyenangkan. Lalu cinta mulai berkembang saat kenakalan muncul perlahan-lahan. Pertiwi sempat ragu saat Muhris memintanya untuk datang ke Mall M sepulang sekolah sore itu. Sejuta perasaan bahagia membuncah di hati Pertiwi, bercampur dengan rasa takut dan kegugupan yang luar biasa. Ia nyaris pulang lagi saat sore itu ia berdiri di pintu Mall untuk bertemu dengan Muhris. Tapi cowok itu keburu melihatnya hingga ia tak dapat menghindar lagi. Ia tahu bahwa dirinya salah tingkah selama kencan pertama mereka.
Malamnya Pertiwi tak bisa tidur. Membayangkan tentang betapa menyenangkannya kencan mereka, saat untuk pertama kalinya Muhris menggenggam tangannya selama berkeliling melihat-lihat banyak hal. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin. Muhris bahkan membelikan sebuah hadiah berupa kalung mutiara yang sangat mahal untuk ukuran dirinya. Untaian mutiara itu sangat indah, putih memancarkan kilau yang terang. Cowok itu berkata, “Walaupun aku tak akan dapat melihatmu mengenakan kalung itu, kuharap kamu mau tetap mengenakannya.” Dan tentu saja ia senantiasa mengenakan kalung mutiara itu.
Satu bulan itu dihiasi dengan kencan sembunyi-sembunyi yang sangat mendebarkan. Seperti bermain kucing-kucingan dengan semua orang yang Pertiwi kenal. Kalau ada satu saja orang yang tahu Pertiwi berduaan dengan seorang pria di Mall, maka Pertiwi tak dapat membayangkan petaka apa yang akan menimpanya. Tapi berhenti dari melakukan itu ia yakini lebih mengerikan daripada terus menjalaninya. Karena, di sore itu, di satu sudut yang sepi di dalam Mall, tiba-tiba saja Muhris mencium pipinya dengan cepat tanpa mengatakan apapun juga. Hanya sekilas, dan Muhris membuat seolah-olah itu tak pernah terjadi. Tapi pengaruhnya sangat besar pada diri Pertiwi. Karena seluruh perasaannya bergemuruh dan membuncah. Bercampur aduk hingga ia hanya bisa diam saja seperti orang bodoh. Sisa sore itu berlalu tanpa ada dialog apapun, karena Pertiwi tahu wajah putihnya telah berubah semerah udang rebus. Meninggalkan kesan terindah yang terbawa ke dalam mimpi bermalam-malam sesudahnya.
Tiga hari sejak peristiwa itu Pertiwi selalu berusaha menghindar dari Muhris. Ia merasa malu, bingung dan takut. Bagaimanapun juga satu sisi perasaannya masih memiliki keyakinan bahwa cinta mereka mulai melewati batas. Tapi ia belum tahu cara kerja nafsu. Karena ketika akhirnya mereka bertemu kembali, Pertiwi tak bisa menolak saat di banyak kesempatan Muhris mencium pipinya berkali-kali; kanan dan kiri. Bahkan, saat Muhris semakin nakal dengan meremas tangannya, memeluk tubuhnya dan mencium bibirnya (meski semua itu dilakukan Muhris tak lebih dari lima detik saja), Pertiwi hanya terpana dan sangat menikmati semuanya. Sebelum berpisah, Muhris berbisik pelan kepadanya, “Kamu mau, kan, main ke rumah esok sore?”
Anehnya, seperti seorang yang terhipnotis, Pertiwi mengangguk…
Maka, sore itu, dengan mengenakan gamis bercorak ceria khas remaja dengan hiasan renda bunga melati, dipadukan dengan jilbab pink yang disemati bros berbentuk kupu-kupu, juga sebuah tas jinjing dari kain kanvas, Pertiwi duduk di sofa ruang tamu di rumah Muhris. Menunggu kekasihnya mengambilkan dua gelas jeruk dingin dan sepiring buah-buahan segar. Matanya menatap ke sekeliling ruangan dan mendapatkan kesan yang sangat menyenangkan.
Kesan itu didapat, sebagian karena bagaimanapun ini adalah rumah orang yang ia cintai, dan sebagiannya lagi karena pemiliknya memiliki cukup banyak uang untuk menata dengan demikian indahnya. Pertiwi tak tahu banyak soal dekorasi, tapi sesungguhnya rumah itu memang didesain dengan nuansa klasik yang sesuai dengan alam pegunungan tempat rumah itu berdiri. Perabotan, dari mulai lampu-lampu, tempat duduk, meja, lukisan-lukisan serta berbagai hal didominasi oleh corak bambu dan kayu asli. Sementara dedaunan dan tanaman hijau—bercampur antara imitasi dan buatan—menghiasi sudut-sudut yang tepat. Air terjun buatan dibangun di samping ruang tamu, dengan cahaya matahari yang hangat menyinari dari kaca jendela samping. Wilayah itu ditutup oleh kaca bening yang dialiri air dari atas, sehingga mengesankan suasana hujan yang indah dan menimbulkan bunyi gemericik air yang terdengar menyenangkan.
Lukisan pedesaan dipasang di satu sudut yang tepat bagi pandangan mata, dengan gaya naturalis hingga setiap detail nampak sangat jelas. Seperti sebuah foto namun memancarkan aura magis yang lebih kentara. Pertiwi sempat terpana dengan semuanya, dengan kesejukan yang melingkupi seluruh dirinya, sampai ia tak sadar kalau Muhris telah duduk di sebelahnya, sedang menata gelas dan piring-piring.
“Maaf, ya… Seadanya. Habisnya Umi lagi ke Bandung ikut seminar, nemenin Abi…”
Pertiwi tersipu malu. Ia berasal dari keluarga yang lebih sederhana, sehingga rasa mindernya muncul saat mendapati rumah yang demikian besar dan mewah ini ternyata milik pacarnya.
“Nggak apa-apa, Ris. Pertiwi seneng, kok…” Pertiwi merasakan suaranya tercekat di tenggorokan.
Sore itu Pertiwi lalui dengan sangat menyenangkan. Ngobrol berdua, bercanda, tertawa, nonton film, main game PS hingga makan malam. Pertiwi baru tahu bahwa ternyata Muhris bisa memasak. Pintar malah. Kelezatan rasanya melebihi masakan yang pernah ia buat. Dengan malu ia mengakui itu di hadapan kekasihnya, yang membalasnya dengan ciuman pipi kanan yang lembut.
“Aku tetep cinta kamu, kok…”
Perlu diketahui bahwa Pertiwi saat itu berusia 16 tahun dan memiliki tubuh yang mulai matang sebagai seorang gadis. Posturnya juga tinggi dengan wajah manis yang terkesan keibuan. Tapi percayalah bahwa ia sangat polos, lebih polos dari gadis SD di kota besar yang telah mahir urusan peluk dan cium. Desa tempat ia tinggal sangat jauh dari arus informasi dan pengaruh buruk ibukota. Maka ia tak menaruh prasangka apapun saat Muhris mengajaknya menginap di rumahnya malam itu. Memang ini urusan yang tabu di desanya, tapi kepolosan Pertiwi membuatnya yakin bahwa Muhris tak akan melakukan hal buruk terhadapnya. Sehingga, pilihan berbohong ia lakukan agar bisa berduaan terus dengan kekasihnya. Ia telah bilang pada orang rumah bahwa ia akan menginap di rumah Ririn. Ia tahu orang tuanya tak akan curiga, karena hal itu biasa ia lakukan di waktu-waktu ujian sekolah. Apalagi menjelang Ujian Akhir seperti sekarang.
Suasana malam sangat sunyi dan suara jengkerik telah berganti dengan burung malam. Tak berapa lama rintik hujan mulai turun, dan Pertiwi tak menyadarinya sampai hujan itu berubah jadi deras. Sangat deras, karena di musim penghujan seperti ini hal seperti itu selalu saja terjadi. Kalau tidak karena suasana cinta yang tengah meliputinya, Pertiwi tak akan betah di rumah orang dalam situasi seperti itu.
O, iya… Sebetulnya Pertiwi dan Muhris tidak benar-benar berdua di rumah, karena ada Hana, adik perempuan Muhris yang sekarang duduk di bangku kelas 1 SMP. Makanya Pertiwi tidak terlalu merasa sungkan, karena ia bisa bermain dengan Hana juga di sepanjang sore dan malam itu. Muhrislah yang agak kerepotan karena harus meminta Hana agar berjanji tidak memberitahukan keberadaan Pertiwi kepada orang tua mereka. Hana sebetulnya tidak susah dibujuk. Hanya saja keberadaannya menyulitkan karena ciuman-ciuman harus dilakukan secara hati-hati.
Peluk dan cium beberapa waktu yang lalu memang mendapatkan perlawanan (meski setengah hati) dari Pertiwi. Tapi hal itu tak berlaku malam ini, karena kini Pertiwi merasa lebih santai dan bebas. Di satu kesempatan Muhris memeluknya sembari mencium bibirnya sekilas. Di kesempatan lain ia dipeluk dari belakang, tepatnya saat ia mencuci piring bekas makan malam dan pria itu mengendap-endap dari belakang dan begitu saja melingkarkan tangan di pinggangnya. Pertiwi sempat menjerit pelan dan berusaha meronta, tapi tangannya yang memegang piring dipenuhi busa sabun hingga susah untuk bergerak. Ia hanya menggelinjang pelan dan merengek lemah, saat pelukan itu makin erat dan ciuman di pipinya membuatnya terbius. Hampir saja Hana melihat perbuatan mereka, kalau Muhris tidak buru-buru melepaskan pelukan di pinggang yang ramping itu.
Setelah mandi malam yang menyenangkan, di dalam bath-tub air hangat yang penuh busa dan peralatan mandi yang lengkap milik Umi Muhris, Pertiwi bergabung dengan kakak beradik di ruang TV. Ia mengenakan busana malam yang lebih santai (setidaknya untuk ukuran gadis berjilbab); kemeja kaus lengan panjang putih bermotif garis warna biru dengan bawahan rok katun berwarna biru lembut, dipadukan jilbab simpel berwarna biru senada. Parfum aroma bunga khas remaja ia seprotkan di tempat-tempat yang tepat untuk menyegarkan dirinya. Lalu ia duduk di samping Hana yang sedang tertawa menyaksikan film kartun di televisi. Mata Pertiwi saat itu tertuju penuh ke televisi, namun pikirannya terbang ke alam tertinggi yang penuh imajinasi. Pelukan dan ciuman hangat dari Muhris mau tak mau membangkitkan gairah terpendam yang selama ini tersembuyi jauh di dasar jiwanya. Ia mengalami semacam sensasi aneh yang baru dikenalnya, yang sangat memabukkan dan membuatnya lupa diri. Jam baru pukul delapan malam namun kegelisahannya telah memuncak.
Pertiwi tak tahu—atau mungkin tak berani mengakui—bahwa dirinya telah dipenuhi sensasi seks yang menyenangkan. Terlebih ini adalah masa-masa suburnya. Letupan-letupan kecil yang dipicu oleh Muhris membuatnya perlahan-lahan tebawa ke arus deras, hingga sulit terbendung oleh keremajaannya yang sedang membara. Penghalang dirinya untuk melakukan hal-hal yang lebih seronok adalah rasa malu, takut serta ketidaktahuan yang besar tentang kondisi-kondisi semacam ini. Tapi pancingan-pancingan yang dilakukan oleh Muhris dengan lihai membawanya pada pengalaman-pengalaman terlarang yang sangat menggairahkan. Semuanya akibat kepolosan sang gadis remaja.
Jam delapan lewat dua puluh menit Muhris bangkit dari duduknya dan menarik tangan Pertiwi agar mengikutinya. Hana tak sadar karena ia terfokus pada acara televisi. Pertiwi menurut dan dadanya berdebar kencang saat Muhris menariknya ke lantai dua. Kalau Pertiwi sedikit lebih gaul, ia akan tahu Muhris bermaksud melakukan sesuatu, tapi Pertiwi jauh lebih polos dari yang orang kira, hingga ia justru merasa senang saat Muhris mengajaknya untuk melihat-lihat kamarnya. Ia senang bisa tahu isi dalam kamar kekasih yang ia cintai. Pertiwi kagum pada suasana kamar Muhris yang menyenangkan. Ia juga terkejut saat menemukan foto dirinya dalam pose separuh badan terpampang di dinding kamar. Foto itu ditutupi Muhris oleh poster pemain bola, hingga tidak ada yang tahu bila setiap malam ia menarik poster itu dan memandangi foto gadis yang tersenyum manis di sana.
Pertiwi setengah lupa tentang kapan ia membuat foto itu. Ia merasa foto itu lebih cantik dari aslinya. Tapi Muhris menjelaskan bahwa program komputer photoshop dapat melakukan banyak hal, seperti membuat gadis secantik dirinya terlihat lebih segar dan mempesona. Pertiwi tersipu malu. Tapi itu belum seberapa, karena tiba-tiba Muhris menarik dirinya agar berhadapan, lalu mengeluarkan sepasang anting mutiara dari kotak beludru di saku celananya. Pertiwi terperanjat. Muhris berbisik mesra, “Ini pasangan kalung yang pernah kuberikan. Aku mau kamu mengenakannya…”
Mata Pertiwi berkaca-kaca. Kalau saja ia berani, ia sudah memeluk pria di hadapannya dan menciumnya bertubi-tubi. Tapi ia terlalu malu untuk melakukan hal semacam itu. Ia hanya salah tingkah, saat Muhris meletakkan anting-anting itu di telapak tangannya dan berkata lagi, “Aku pasangkan sekarang, ya…”
“Tapi…” Suara Pertiwi serak dan lirih.
“Tapi kenapa?”
“Pertiwi malu…”
“Kok malu? Bukankah kita saling mencintai?! Masihkah kita saling tertutup?”
Pertiwi bingung untuk menjawab, karena ini adalah momen pertama dalam hidupnya ketika ia harus membuka jilbabnya di hadapan seorang laki-laki. Wanita-wanita yang biasa berbikini di kolam renang atau berpakaian seksi di Mall-mall tentu tak akan paham kenyataan ini. Tapi Pertiwi adalah perempuan yang sejak belasan tahun lalu selalu menutup seluruh bagian tubuhnya dan tak memamerkannya pada siapapun kecuali keluarganya. Melepas jilbab baginya sama seperti melepas rok di depan kamera bagi gadis keumuman. Aneh? Memang! Tapi itulah kenyataannya. Ia setengah menangis saat tak kuasa menolak permintaan Muhris yang menyudutkan itu. Ia memang diam. Tapi dadanya bergemuruh hebat saat jemari Muhris melepasi jarum dan peniti yang menyemati jilbabnya. Ia tertunduk dalam dan menahan nafas saat tangan kekasihnya menarik lepas jilbabnya. Tangannya yang gemetar meremas-remas ujung kaus, dan tanpa sadar ia menggigit bibirnya sendiri saat Muhris menarik dagunya agar mereka bisa saling bertatapan serta membelai rambutnya dengan mesra; rambut yang hitam lurus sepanjang bahunya.
“Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara itu terdengar lirih, dan Pertiwi hanya terpejam menahan semua perasaannya. Itu adalah ekspresi terbodoh yang pernah ia lakukan, atau justru yang terbaik, karena semuanya mendorong Muhris untuk mengecup bibirnya dengan lembut. Ciuman hangat dan penuh cinta, membawa Pertiwi terbang tinggi dan melupakan dunia ini.
“Mmmh…” Pertiwi hanya terpejam pasrah. Tubuhnya gemetar hebat. Tapi mulutnya terbuka lebar saat lidah Muhris mulai menjulur dan menggelitiki rongga mulutnya. Lidahnya ikut bergerak meski masih sangat kaku, saling menggelitiki untuk mendapatkan sensasi aneh yang sempurna. Tangannya begitu saja memeluk lengan Muhris yang kokoh, yang saat itu tengah melingkarkannya di pinggangnya sendiri.
Waktu seakan berhenti. Dan keduanya terpaku seperti sepasang patung sihir. Hanya helaan nafas yang terdengar di sela-sela ciuman membara dan dipenuhi gelora cinta. Kedua tubuh itu merapat dan saling bergesekan, seakan tak dapat terpisahkan. Saling memberikan rasa hangat yang aneh dan membangkitkan seluruh saraf yang tertidur. Keduanya baru berhenti ketika nafas mulai habis dan terengah-engah kelelahan. Pertiwi kaget dan merasa malu sekali. Mulutnya basah akibat ciuman panas itu. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa selain menanti yang terjadi selanjutnya. Ia membiarkan Muhris memasang anting-anting di kedua telinganya. Ia menahan rasa geli saat jari jemari Muhris seakan menggelitik kedua telinganya, dan menurut saja ketika pria itu menuntunya ke hadapan cermin besar.
“Lihat… Kamu cantik sekali..”
Pertiwi melihat sekilas ke cermin, menyaksikan dirinya sendiri tanpa jilbab, dengan dihiasi anting-anting dan kalung mutiara dari kekasihnya. Ia merengek manja dan menutup muka dengan telapak tangannya. “Aah… Muhris jahat… Pertiwi malu…” “Malu sama siapa?” Mereka bercanda dengan mesra dan lebih hangat. Ciuman tadi telah menyingkapkan tabir kekakuan yang telah terbentuk selama ini. Mereka kini lebih mirip sepasang kekasih, dengan pelukan dan ciuman hangat yang sarat nuansa cinta.
Pagi itu adalah pagi terindah bagi Pertiwi. Menghidangkan sarapan di meja makan untuk Muhris membuatnya merasa seperti seorang istri yang melayani suaminya. Muhris dan adiknya sangat puas dengan masakannya. Canda tawa menghiasi makan pagi mereka yang berlangsung dengan santai. Seusai makan Hana langsung berangkat sekolah, meninggalkan sepasang sejoli yang dimabuk asmara itu tanpa kecurigaan apapun. Membiarkan keduanya menikmati hari dalam kemesraannya. Tapi, kalau kamu berpikir malam itu keduanya melakukan hubungan-hubungan khusus suami istri, percayalah bahwa kamu salah besar. Mereka masih terlalu penakut untuk melakukan hubungan yang lebih jauh. Meskipun ciuman mereka semakin panas, aktivitas lain masih terhitung sopan karena tangan Muhris tak pernah bergerilya seperti tangan para professional. Masih tetap pelukan sopan yang tak melibatkan rabaan ataupun sentuhan lain. Keduanya tidur terpisah dan tak ada aktivitas nakal di malam hari.
Pertiwi pulang dari rumah Muhris sekitar pukul sepuluh pagi, setelah banyak ciuman tambahan sehabis sarapan dan mandi pagi. Kepada orang rumah ia bilang sekolah pulang cepat. Seharian ia lebih banyak mengunci diri dalam kamarnya, menikmati sensasi imajinasi yang semakin liar dibanding waktu sebelumnya. Pertemuan selanjutnya ternyata lebih lama dari yang diduga. Keduanya benar-benar tersibukkan oleh tugas-tugas sekolah, hingga baru bertemu lagi (untuk berduaan tentunya) dua minggu setelahnya. Keluarga Muhris berlibur ke rumah nenek di luar kota. Alasan ujian membuat Muhris bisa menghindar dari paksaan orang tuanya, sehingga rumahnya bebas selama satu minggu penuh. Itulah saat yang tepat untuk bermesraan dengan Pertiwi, dan ia telah menyiapkan banyak hal untuk pekan yang istimewa itu.
Pertiwi datang pagi hari itu dengan mengenakan seragam sekolahnya. Perpisahan yang cukup lama ternyata membuat gadis itu lebih agresif, sehingga, meskipun tetap Muhris yang harus memulainya, Pertiwi memberikan balasan yang sedikit liar dan nakal. Muhris sampai megap-megap kewalahan. Sesudahnya mereka tertawa-tawa sambil berpelukan di atas sofa, sembari mata mereka menatap layar TV tanpa bermaksud menontonnya. Sekitar menjelang siang Pertiwi dibonceng Muhris untuk main ke Mall M. Setelah itu dilanjutkan ke taman L dan bermain sepeda air di sana. Mereka juga melakukan banyak hal yang menyenangkan, yang membuat mereka lupa waktu. Hari telah senja ketika keduanya memutuskan untuk pulang, saat langit berubah gelap dan tiba-tiba saja menjadi hujan yang sangat deras sebelum keduanya tiba di rumah. Tak sampai lima menit ketika keduanya berubah basah kuyup, dan Pertiwi telah menggigil kedinginan saat perjalanan belum mencapai setengahnya.
Keduanya tiba di rumah saat menjelang makan malam. Oleh-oleh yang mereka beli di jalan telah basah kuyup dan tak ada satu bagianpun yang kering dari diri mereka. Tubuh Pertiwi menggigil hebat dan wajahnya pusat pasi. Bibirnya agak membiru. Muhris bergegas membawa gadis itu ke dalam rumah dan menyiapkan air panas di bath-tub kamar atas. Sementara menunggu gadis itu mandi, ia menyiapkan dua gelas susu coklat panas dan sekaleng biskuit kacang. Ia sendiri langsung mandi setelah itu, dan keduanya selesai setengah jam kemudian. Pertiwi baru sadar bahwa ia tidak memiliki pakaian ganti, dan kebingungan sampai mengurung diri di kamar mandi. Muhris berusaha meminjamkan pakaian ibunya, tapi pakaian bersih ibunya terkunci dalam lemari. Sementara itu pakaian Hana juga tak muat dan terlalu kecil. Untunglah Muhris ingat bahwa di kamar tamu ada pakaian-pakaian saudara sepupunya, yang biasa disimpan di sana untuk dipakai jika menginap di rumah Muhris.
“Tapi… Sepupuku tidak berjilbab. Jadi pakaiannya agak… Kamu coba aja deh cari yang pas. Aku tunggu di ruang TV…” Pertiwi kebingungan sendiri di kamar tamu itu. Ia agak risih karena semua pakaian di dalam lemari itu adalah pakaian-pakaian yang gaul, serba ketat dan serba minim. Cukup lama ia memilih dan tidak menemukan juga pakaian yang cocok untuk dirinya, sehingga ia memilih pakaian yang menurutnya agak paling sopan. Tapi tetap saja serba minim. Dengan malu ia mengenakan pakaian pilihannya dan menghampiri kekasihnya di ruang TV.
Wajah Muhris berubah kaget dan matanya bergerak kesana-kemari; mata yang biasa Pertiwi temukan pada pria-pria nakal di pinggir jalan. Tapi Pertiwi tahu semua ini karena dirinya, dan setengah menangis ia berusaha menutupi keterbukaan dirinya dengan kedua tangan. Bagaimana tidak?! Inilah pertama kalinya seumur hidup ia mengenakan pakaian minim di hadapan seorang pria, meskipun itu adalah kekasihnya juga. Sepupu Muhris bertubuh lebih pendek dan kecil dari dirinya, sehingga kaus pink tipis bergambar Barbie yang ia kenakan benar-benar melekat ketat di tubuhnya, menampakkan lekuk-lekuk yang nyata dan mempesona. Bahkan bagian pusarnya tidak betul-betul tertutupi, meskipun berkali-kali ia berusaha menarik kaus itu ke bawah.
Sementara itu, celana hijau lumut selututnya juga sama ketatnya, dan tidak benar-benar selutut, karena tubuh Pertiwi yang tinggi. Pertiwi sebetulnya memiliki kulit yang putih bersih dan lekuk yang indah, sehingga ia nampak cantik menawan dengan pakaian seksi itu. Terlebih rambut panjangnya masih setengah basah, menciptakan sedikit gelombang yang menambah aura kecantikannya. Tapi Pertiwi tak terbiasa dengan hal-hal seperti itu, hingga ia merasa dirinya buruk dan norak. Ia takut Muhris meledeknya, serta jengah dengan keterbukaannya sendiri. “Kamu cantik sekali, Pertiwi…” Suara Muhris terdengar bergetar, dan Pertiwi merinding ketika pria itu malah mendekatinya dan berusaha memeluknya. Ia berusaha menghindar dan tangannya menolak pelukan Muhris.
“Pertiwi malu… Jangan, Muhris… Jangan…” “Lho… Kenapa?”
Pertiwi hanya menggeleng dan Muhris berusaha menghormatinya. Mereka menghabiskan malam dengan menonton TV dan menghabiskan susu hangat di meja. Namun Pertiwi agak lebih pendiam dan gelisah. Tangannya terus-terusan memeluk bantal besar, berusaha menutupi apa yang ada di baliknya. Ia tak tahu bahwa pria di sebelahnya lebih gelisah lagi, meski alasannya sedikit berbeda. Ia terlalu sibuk oleh pikirannya sendiri hingga tak sadar bahwa mata Muhris terus menelusuri dirinya, seolah berusaha menelanjangi. Awalnya Pertiwi tak sadar pada sentuhan itu. Berkali-kali Muhris mencium pipinya, tapi ia menganggap wajar hal tersebut. Itu hal yang biasa mereka lakukan, dan Pertiwi menganggapnya sebagai sun sayang yang biasa ia dapatkan. Tapi Muhris kini telah melingkarkan tangan kiri melalui sandaran sofa dan mendarat di bahunya. Sedang tangan kanan diletakkan di atas lutut Pertiwi yang terbuka. Cuaca memang sangat dingin akibat hujan yang tidak juga berhenti, hingga elusan di lututnya terasa nyaman dan menghangatkan, membuat Pertiwi setengah tak sadar ketika elusan itu makin merambat ke atas pahanya yang sedikit tersingkap.
Pertiwi sangat suka nonton sinetron dan tayangan di TV adalah sinetron favoritnya. Adegan dan kata-kata romantis di layar kaca seperti memberi hipnotis tersendiri. Adegan ciuman memang disensor, tapi hal itu justru membuatnya tak kuasa menolak saat ciuman Muhris beralih ke bibir basahnya. Untunglah saat itu sedang iklan, hingga ciuman dari Muhris dapat diterima oleh Pertiwi sepenuhnya, yang baru sadar bahwa posisi duduk kekasihnya sangat mengintimidasi dirinya. Tapi ciuman itu begitu manis dan menyenangkan, memunculkan rasa hangat yang menggelora yang sangat ia rindukan. Tak perlu menunggu lama untuk membangitkan hasrat gadis itu. Pengalaman telah mengajarkan banyak hal kepadanya, sehingga lidahnya langsung menyambut saat Muhris mulai mengajaknya bermain-main.
Bibir Pertiwi termasuk agak tipis, merah dan masih alami. Namun lidahnya lincah dan pandai bergerak. Dengan daya dukung kecerdasan di atas rata-rata, ia menjadi gadis yang cepat belajar dan tahu bagaimana cara memuaskan lawan mainnya. Muhris sendiri sangat kaget dengan kecepatan Pertiwi dalam mempelajari teknik-tekik baru, hingga di akhir pertandingan lidah mereka, ia membiarkan sang gadis mengalahkannya hingga pipi gadis itu merona akibat agresivitasnya sendiri. Ketika berciuman Pertiwi lupa pada apapun. Tapi setelah selesai ia baru sadar bahwa sejak tadi tangan kanan Muhris terus-terusan membelai-belai pahanya, bergantian antara kanan dan kiri. Kini ia benar-benar merasakan rangsangan itu, rangsangan yang lebih terkesan dewasa dibanding sekedar ciuman bibir. Tangannya bertindak cepat, mencegah Muhris sesaat sebelum tangan kekasihnya itu menyentuh bagian pangkal pahanya. Mulut mereka terdiam dan hanya mata yang berbicara. Muhris meminta, Pertiwi menolak halus. Tangan Muhris bergerak lagi, tapi Pertiwi mencegah lagi.
Muhris tersenyum manis. “Maaf, ya… Aku kelewatan…”
Pertiwi ikut tersenyum.
“Lebih baik kita dengar musik aja, ya! Kita berdansa. Seperti di film.”
Pertiwi diam menunggu dan manut saja pada apa yang diinginkan kekasihnya. Suara lembut mengalun dari player, dan tangan Muhris menjulur padanya. Pertiwi grogi karena ia belum pernah berdansa sebelumnya. Muhris meyakinkan bahwa ia sama tidak tahunya seperti Pertiwi. Jadi tak usah malu karena mereka hanya berdua di sini. Dengan langkah-langkah kaku tubuh mereka bergerak pelan, saling berpelukan. Keduanya tertawa pada gerakan masing-masing, tapi tetap merasa senang karena ciuman dimulai lagi beberapa saat sesudahnya. Tubuh Pertiwi hampir sama tingginya dengan Muhris, hingga ia tak perlu berjinjit untuk menyambut pagutan pria itu. Ia tak tahu bahwa kecantikannya makin memesona diri Muhris dan keremajaannya terus memancing-mancing gairah. Belum lagi aroma parfum menebar dari seluruh tubuhnya. Tangan Muhris tak tahan untuk tidak mengelus-elus tubuh bagusnya, bergerak dari pinggang ke arah atas.
Pertiwi masih setengah menganggap elusan itu adalah bagian dari gerakan berdansa. Ciuman bibir Muhris membuat tubuhnya lemas, hingga elusan itu ia nikmati saja seperti halnya ciuman di bibirnya. Terasa geli saat menyentuh bagian samping dadanya.“Mmmh… Mmhhh…” Elusan tangan Muhris makin mengarah ke dada Pertiwi, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu. Gadis itu mengejang karena rasa aneh yang melandanya. Itu adalah sentuhan pertamanya, dan ia masih sangat sensitif. Tangannya secara refleks berusaha mencegah, tapi Muhris yang tak mau gagal lagi berusaha menahan Pertiwi agar tetap diam. Ciumannya makin liar hingga Pertiwi tak bisa mengelak. Remasan di dadanya terasa makin nyata, membuat Pertiwi terengah-engah akibat rangsangan hebat di tubuhnya. Ia tak kuasa mencegah remasan itu, karena bagaimanapun dirinya ternyata menikmatinya.
Keduanya terengah-engah akibat ciuman yang panjang itu. Sedang muka Pertiwi makin memerah, karena ia benar-benar terangsang oleh remasan tangan Muhris di dadanya. Payudaranya yang berisi membuat genggaman Muhris terasa penuh. Ia membiarkan dirinya terdesak ke dinding, hingga ia tidak sampai merosot jatuh saat remasan tangan Muhris makin lincah dan mempermainkan puncaknya yang masih tertutup kaus. Ia hanya mendongak setengah terpejam dan tangannya yang bingung merapat ketat di tembok. Ia makin belingsatan karena di saat yang bersamaan ciuman Muhris mendarat di dagu dan lehernya bertubi-tubi. Lehernya cukup panjang dan jenjang, hingga kepala Muhris dapat terbenam di sana dan memagut-magutnya seperti ular.
Pertiwi merasakan air mata mengalir lewat sudut matanya. Ia sangat kebingungan mengenali perasaannya saat ini. Remasan tangan kanan Muhris berganti menjadi ciuman bibir. Ia sempat menunduk dan hanya melihat rambut kekasihnya. Kepala Muhris terbenam di buah dadanya yang telah mengeras kencang, dan Pertiwi dapat mendengar kecipak-kecipuk saat Muhris melahap dadanya itu dengan sedikit buas.
“Muhris… Muhris… Ohhh. Apa yang kamu lakukan sama Pertiwiaa… Mmhhh… Jangan, Ris… Aahh…”
Muhris telah menggulung kaus ketatnya ke arah atas, berusaha menyingkapkannya agar buah dada itu lebih leluasa dinikmati. Lelaki itu terus meremas-remas dengan lembut dan penuh perasaan. Menjepit dan mempermainkan putting susunya yang masih tertutup BH tipis berwarna krem. Mungkin Muhris merasa gemas mendapati payudara yang demikian empuk dan kenyal itu, payudara perawan yang masih sangat sensitif dari sentuhan.
Keadaan Pertiwi kini sungguh mengenaskan. Kekasihnya menyerangnya di berbagai tempat, mempermainkan dirinya seperti sebuah boneka. Bibir dan tangan kiri di payudaranya, tangan kanan di sela-sela pahanya. Semuanya adalah sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Dulu ketika ia belum pernah mengalaminya, ia selalu berjanji bahwa ia hanya akan melakukan ini dengan suaminya di atas ranjang pernikahan. Dulu ketika hal ini tak pernah terbersit dalam benaknya, ia sangat yakin mampu menjaga kehormatannya. Tapi kini ketika benar-benar mengalaminya, ia tak tahu apakah ia akan tetap sekuat itu. Sentuhan-sentuhan ini terlalu melenakan dirinya, dan membangunkan perasaan rindunya yang telah lama terpendam. Ia sangat bingung hingga hanya mampu meneteskan air mata dan meremas remas rambut Muhris.
“Aku sayang kamu, Pertiwi… Mmmh… Aku sayang kamu…” Terdengar rayuan Muhris di sela-sela kesibukannya. Pertiwi hanya mampu menjawabnya dengan erangan-erangan aneh, karena saat itu tangan kanan Muhris telah menembus langsung ke pangkal pahanya. Jari jemari pria itu menggosok-gosok dan mempermainkan di tempat yang paling sensitif, hingga Pertiwi merasakan celananya basah oleh cairan yang tak ia kenal sebelumnya.
Memang sentuhan tersebut bukanlah sentuhan langsung karena tubuh Pertiwi masih tertutup CD tipis dan celana ketatnya. Tapi ini adalah sentuhan pertamanya, dan semuanya sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan rangsangan dahsyat itu. Apalagi setelah beberapa lama Muhris tidak juga menghentikan aktivitasnya, melainkan menggesek-gesek dengan lebih liar. Kemaluannya terasa seperti diaduk-aduk, hingga makin lama ia makin merasakan desakan yang aneh sangat sulit ia pahami. Ia tak dapat menahan perasaannya. Ia terus mengerang… mengerang… hingga desakan itu makin menuju ke arah puncak… Ia tak sanggup bertahan lagi…
“Aaahh… Aaahh… Akhhhhh….” Pertiwi menjerit panjang saat orgasme melanda tubuhnya untuk pertama kalinya. Tubuhnya mengejang kuat, melengkung seperti busur. Kakinya merapat menjepit tangan Muhris yang tak juga berhenti bergerak. Ia merasakan letupan-letupan dahsyat seperti sebuah terpaan badai. Dunia dipenuhi warna yang berpadu dengan indahnya.

Keperawanan Bu Inggrid

Gua Adit, gua suka sama cewe yang masih ‘perawan’ yang blom pernah dicicipin ma cowo lain selain suami ato pacar. Apalagi yang putih mulus…mmm favorit gua. Saat ini gua jadi penjaga vila, bos milih gua karena badan gua yang tinggi besar, ditambah kulit item legam plus rambut cepak. Biar ga da yang berani macem2 ma vila dia katanya.
Hari itu bos datang dengan istri dan teman2 bos, kabarnya mereka mau berkemah 2 malam di hutan yang tidak jauh dari vila. Gua heran ngeliat cuma bu Inggrid yang cewe. Setau gua, bu Inggrid bukan tipe orang yang senang aktifitas fisik. Tubuhnya tinggi kurus, toket kecil, pantat kecil tapi berbentuk, muka cantik, kulit putih, rambut agak panjang. Ternyata betul dugaan gua, bu Inggrid tidak ikut berkemah, dia kesini untuk bersantai sambil baca novel.
Saat hari telah gelap, gua mendekati bu Inggrid yang sedang asik membaca novel di teras. Gua duduk di sampingnya sambil gua usap2 pundaknya. “ Pak Adit, jangan kurang ajar ya” tegurnya sambil berusaha masuk ke vila. Gua tangkap tangannya dan gua tarik lagi sehingga dia ada di pelukan gua. “Lepasin saya sekarang atau saya teriak” serunya sambil meronta2, yang ga da gunanya karena tenaga gua jauh lebih besar. “Kalo loe mao idup mendingan loe nurut aja” gertak gua sambil nunjukin golok.. “Dengerin cantik, orang2 disekitar sini temen2 gua smua, jadi percuma loe treak2”. “Pak Adit mau apa? Tolong lepasin saya” kata bu Inggrid dengan muka ketakutan. “Gua mao seneng2 ma loe 2 malem ini. Ayo cium gua cantik.” Bu Inggrid ngeliat gua dengan muka yang terkejut. “Ayo cantik, kayak ga pernah ciuman aja.” “Saya…saya memang belum pernah dengan lelaki lain.” Jawab bu Inggrid dengan mata mulai berkaca2. “Ha ha ha….bagus….gua paling seneng ma cewe kayak loe.” Napsu gua makin meledak2 denger jawaban bu Inggrid. Gua tarik tangan bu Inggrid ke gudang. Bu Inggrid masih berusaha melepaskan diri sambil memohon ampun.
Sampai di gudang, gua buka baju anget ma baju tidur dia trus gua iket dua tangan bu Inggrid ke atas ma tali yang udah gua siapin dari siang. Dah gitu gua buka celana panjang ma celana dalemnya. Bu Inggrid masih berusaha berontak sambil nangis. Selese telanjangin bu Inggrid gua berdiri di belakangnya sambil maenin pentilnya yang kecil warna merah muda dan cium2 leher. Tangisan bu Inggrid makin kenceng sambil badannya meronta ronta. Lama lama tangisannya berubah jadi desahan, putting bu Inggrid sudah keras. Gua cek ke vaginanya, eh udah mulai basah. “ Enak sayang? Kalo diperkosa sama Adit pasti enak deh hahaha.” Gua trus berdiri di depan bu Inggrid sambil maenin klitorisnya. Bu Inggrid gigit2 bibir nahan geli, akhirnya keluar juga bunyi desahan bareng sama panggulnya yang maju mundur. “Hahaha…suka kan sayang…” gua nikmatin banget mukanya yang nikmatin sensasi sambil palingin muka nahan malu. Gua tunjukin senjata gua. Bu Inggrid kaget. “Napa sayang, blom pernah nyoba yang gede kaya gini ya he he he.” “Pak Adit, tolong jangan masukin….sakit….” “He he he… kata siapa sakit sayang…justru enak…lebih enak dari yang kecil ha ha ha.” Gua berusaha masukin senjata gua ke vagina bu Inggrid yang meronta sambil pegangin pinggangnya. Akhirnya masuk juga…uhh…sempit…mantap…”Ahhkkk….sakittttttt…..” jerit bu Inggrid. Rontaannya makin hebat. Gua tahan pantat bu Inggrid biar senjata gua gak lepas. Setelah rontaannya berhenti, gua mulai kocok vaginanya pake senjata gua. Bunyi desahan bu Inggrid muncul lagi, uhh suaranya bikin napsu. Kakinya yang ramping memeluk pinggang gua. Kalo gua diem, dia yang goyang2in pinggangnya. Ngeliat dia udah takluk, gua lepasin iketan tangannya sambil peluk punggungnya. Trus gua arahin tangannya buat meluk leher gua. Dah gitu gua pengangin pinggangnya sambil kencengin kocokan gua. Gak lama bu Inggrid orgasme dan tidur kecapean.
Gua duduk di samping tempat tidur di kamar bos sambil liatin bu Inggrid yang masih tidur sambil minum kopi. “Pagi cantik, siap buat ronde 2?” sapa ku ketika ku lihat bu Inggrid membuka mata. Sadar dirinya telanjang segera bu Inggrid menutupi badannya pakai selimut. “Ha ha ha… gak usah malu gitu donk, punya badan mulus musti di pamerin…jangan disimpen aja ha ha ha.” Gua tarik tuh selimut, langsung aja dia tutupin toketnya pake tangan. Gua duduk disampingya sambil mengusap pundaknya. Bu Inggrid goyangin badannya tanda gak mau gua sentuh, tapi tetep duduk di tempat tidur. “Ga usah munafik cantik, loe suka kan maen ma gua? Kalo ga suka, mana mungkin loe goyangin pinggang loe sendiri kemaren.” Bu Inggrid diem aja, gua tarik tangan yang nutupin toket, trus gua maenin toketnya. Kali ini bu Inggrid pasrah. Gua bawa dia ke kamar mandi, trus gua mandiin. Selese mandiin, gua suruh dia pegangan ke pinggir bak mandi. Gua jilatin vagina ma klitorisnya. Gak lama desahan bu Inggrid gua denger lagi. Gua gendong dia ke tempat tidur, trus gua suruh dia duduk di depan gua sambil pegangan ke leher gua. “mmmhh….achhhk” erangnya pelan ketika senjata gua masuk. Gua pegang pantatnya trus gua goyangin maju mundur. Wuihh enak teunannn…. Tiba tiba telepon gengamnya bunyi. Ternyata dari bos, gua suruh dia angkat tuh telf sambil tetep gua goyangin badannya. “Pagi pah……….iya kemaren kecapaian……………lagi mau makan pagi nih…………lho…kenapa……..jam berapa……ok deh….bye” Gua nikmatin usahanya buat jawab telf sambil nahan rangsangan. Gak lama setelah telf ditutup bu Inggrid orgasme. Kali ini bu Inggrid gak langsung tidur. Gua paksa dia buat ngulum senjata gua. “ayo maenin lidahnya…isep donk….jangan kena gigi…” gua kasih komando sambil maenin putingnya. “wah..mulut loe enak juga say” Bu Inggrid udah ga dengerin apa yang gua bilang, dia mulai nikmatin sensasi dikerjain ma cowo yang “gak berhak”. Akhirnya gua nyampe orgasme, gua paksa bu Inggrid minum semua cairan gua. Selese minum ‘jus’ bu Inggrid gua bawa ke meja makan trus gua pangku dia sambil gua suapin makanan. Sambil sarapan gua coba pancing2. Ternyata bos kalo maen gak pernah variasi dah gitu gak tahan lama. Dan ternyata dia punya fantasi dilecehin ma diperkosa. Pantesan aja dia cepet orgasmenya. “Pak Adit, tadi di telfon bapak bilang mau pulang hari ini. Tolong biarin saya beres2” “Boleh aja cantik, tapi jangan lupa kesini lagi sering2 yah. Ntar semua fantasi loe gua kabulin deh.” Bu Inggrid hanya menangguk trus beranjak untuk beres2.

Nikmatnya Pembantuku

pada saat anak2 liburan sekolah,dari keluarga istriku mengadakan rencana liburan yang di biayain oleh mertuaku,rencana mereka akan beribul ke singapore karena mertuaku termasuk orang berada,mereka juga salah satu pengusaha sukses, sampai di singapore juga mereka punya rumah,dan anak2ku semuanya akan si ajak libur,istriku mengajaku untuk berserta berlibur,aku menolak karena banyak perkerjaan kantor yang banyak harus diselesaikan,dan dua hari lagi aku ada kedatangan tamu dari australia,dan saya mengajurkan istriku ikut serta berangkat bersama2 berlibur dengan orang tuanya,
pada hari keberangkat keluarga istriku dan anak2ku,aku juga ikut mengantar keairport bersama2 kedua pembantuku yang bernama mbak urip dan mbak siti,setelah istri anakku dan keluarga mertuaku berpamitan,dan juga istriku berpesan kepada kedua pembantuku supaya menyiapkan makanan setiap pagi dan malam,dan setelah menitip pesan lalu istriku berpelukan dan mencium pipipku dan berkata hati2 ya pa,lalu aku berkata mama juga ya.
dalam perjalanan pulang kami diantar pulang oleh sopir,aku duduk disamping sopir dan mbak urip duduk dibelakang aku dan sebelahnya mbak siti,setelah sampai dirumah aku langsung menuju kekamarku istilahat lalu mandi,setelah selesai mandi aku menuju meja makan untuk makan malam setelah selesai makan,aku menuju ruangan keluarga nonton TV,lalu aku memanggil siti….tolong ambilkan buah di kurkas,kemudian mbak siti menjawab iya…tuan,
buah2an di antar kemeja,dan waktu menyuguh makanan diatas meja tamu,mataku sempat melilik payudara di dalam baju daster yang dipake sehari2,setelah mengantar buahnya ia berlalu dengan senyum,hatiku bertanya2 koq tidak biasanya mbak siti senyum2 ada apa ya dalam pikiranku bertanya, wah gawat aku mesti mencari tahu,dan waktu jam menunjuk pukul sebelas aku kembali kekamar tidur dan aku tidak bisa memeramkan mataku pikiran selalu tertuju ke mbak urip,
aku bangun dari tempat tidur menuju dapur tuk minum,selagi saya minum tiba2 dibelakang pundakku ditepuk aku menoleh ternyata yang menepuk adalah mbak urip,tuan minum ya… koq minum air putih sih kenapa gak minum aja susu mbak aja kan lebih enak kata mbak urip,lalu aku menjawab belum tidur ya kamu,kata mbak urip belon lah tuan,kan tadi pagi mbak dah bisikin ama tuan mbak nungguin,apa tuan sudah lupa,aku menjawab emangnya kamu kepengen ya,dia menjawab dengan mengangguk sembali senyum, lalu aku langsung memeluk dan aku dicium dengan rakus oleh mbak urip dan tanganku tidak tinggal diam kumasukin tanganku kedalam daster mbak urip ku remas2 dan jariku memirin pentir susunya mbak urip mendesah,dan tiba2 tangan mbak urip menarik turun celana tidurku lalu tangannya menggenggam dan jari jempolnya mengelus kepala penisku dan aku juga tidak tinggal diam sebelah tanganku memegang susu dan sebelah lagi turun kepangkal pahanya ternyata mbak urip tidak memakai celana dalam,hatiku berkata mbak urip sudah siap nih, dan jari tanganku mengosok di tepi vaginanya memutarkan jariku dari pelan2 tiba kencang dan stop lalu jari terlunjukku memasukin belahan vaginanya sembali menekan klistorinya tiba mbak urip mendesah aghh….tuan….teeruusss..eeennakkkk…… jangan berhenti tuan….
kugosok makin kencang akhirnya mbak urip mencapai puncak kenikmatan dan mendesah ooogghhh tuuaannn aaaakkkuuu… nyammmmmpe aaahhhh…akhirnya mbak urip muntah lahar,seluruh jariku basah dan lengket licin, dan lalu mbak urip memegang tanganku lalu jariku yang masih dilumuri lendir orgamenya mbak urip dan langsung dijilat sampe bersih lalu mbak urip berkata sini tuan mbak isap punya tuan ,kan tuan belum apa2,
lalu batangku dipegang diisap dikulum dan yg kurasakan lidahnya berputar dikepala kemaluanku,aku sangat menikmati sedangkan mbak urip mengocok menghisap sambil meramkan mata,aku mendesah okkhhh…enak mbak terus…yang dalam dong lalu kutekan batang kemaluanku sampai tengorokannya dan mbak urip hampir gak bisa napas karena kesendak itemggorokannya dan aku berkata mbakkkk..akkhhh…eeennaaakk…mmbakk…batangku terasa berdenyut2 aku ngak mau sampe muntah dimulut mbak,
lalu kutarik dari mulutnya,dan kusuruh nungging lalu kuludahi lubang pantatnya mbak dan kubasahin lagi batang zakarku dengan ludah,dan lalu batangku kuarahkan kelobang analnya mbak urip kucoba tekan tapi meleset,kucoba lagi akhirnya masuk..bless.. dan mbak urip berteriak aaakkhhh….. ssaaaakkitt..tuuuaaann….peeelllaaannnn tuannn, lalu kudiamin sebentar sejenak,dan pelan2 kumaju mundur lagi pinggulku,dan aku berkata kepada mbak urip kan kamu sukakan lobang pantat kamu tuan masukin batang tuan kaya kemaren malam.iyaaa,,tuann tapi pelan2 ya..masih sakit…jangan dipaksa tuan…
akhirnya kumaju mundur pinggulku makin cepat,aku merasa jepit dilobangnya makin kencang dan mejepit lalu aku mndesah oogghhh… eennaaakkk… baanngeett….,dan mbak urip ngak tinggal diam dia memutar pantatnya mengikuti alunan maju mundur pantatku agghhhh….oghhh….aku dahhh..nyammmpppeee…. juga mmmbakkk….akhirnya aku juga mencapai puncaknya kumuntah laharku aagghh…..aku keluarr……mbakkkk…croott…crrott… muntah sudah laharku di lobang pantanya mbak urip sampai meleleh keluar di sela pahanya.
banyak sekali lahar pejuku keluar dari lobang pantanya mbak urip dan dengan telapak tangannya ditadah semuanya peju tersebut dan dijilat,tiba2 dari samping dapur ke dengar suara mendesah,
aku meninggali mbak urip sendirian lalu aku berjalan pelan2 kuhampiri ternyata mbak siti sedang martubasi di masih mengosok2 vaginanya.tangannya masih didalam celananya,dan aku pelan2 menghapirinya dan langsung kupeluk,mbak siti terkejut dan langsung kucium bibirnya untuk menghindari dia berteriak dan aku tidak mau tetangga sebelah mendengar teriakannya,
kutarik turun celananya yang sudah lembab basah oleh cairan kenikmatan, lalu kubalingkan dilantai,kubuka dasternya dia diam aja,lalu kucium lehernya dan lidahku bergeriliar di kupingnya sembari tanganku meremas buah dadanya dan jariku memerintir pentilnya dan mbak siti mendesah, oohhhh tuann mbak juga mau sepeti mbak urip,oogghhhh tuan jaahhatttt siti dibiariiinn.. sendiriann…dan aku menjawab iyyaaa…tuan ngak mungkin biarkan kamu sendirian lagi…nanti kamu juga akan merasakan apa yang dirasakan seperti mbak urip lalu mbak siti diam dan memeramkan matanya
lalu segera ciumanku turun ke bukit payudaranya lidahku menjilat ujung pentilnya dan menyedot putingnya,kembali mbak siti mendesah sssstttt….ssttt…aahhh….dan tangan mbak siti medekap kepalaku erat sekali hingga sulit bagi aku untuk bernapas,uuphhh…aku menarik kepalaku untuk mendapat oksigent,dan akhirnya tanganku turun meraba2 diperutnya terus turun sampai di depan gerbang vaginanya,ugghh….dah becek banget vaginanya dan tanganku dengan mudah mengosok dan menyelinap kelobang vaginanya,tangan mencari titik kelemahan mbak siti dan mengosok kelentitnya dan mbak siti mengerak pantantnya dan menyongsong kedepan untuk menerima jariku, dan tanganya turun kebawah menahan tanganku dan menekan dengan kencang sehingga jariku amblas kedalam,ia mendesah kembali aaghhh….ttuuuaaannnn…eennnakkkk…teerrusss… .ttuuuaannn…. yang kennccannngg…. agghh…
akhirnya mbak siti orgasme sebelum kumasukin batang kemaluanku lalu kuturunkan kepalaku,sedang kemaluan ku sudah berdiri tegak kembali sehabis bertempur dengak mbak urip tadi,lalu aku sodorkan batang kemaluanku kemuka mbak siti untuk di hisap,lalu digenggam oleh mbak siti dikocok2 dan dijilat sambil memeramkan mata dan meresapi aaahhh..aku mendesah ,
dan tiba2 dari belakang punnggungku ada yang memeluk dan mejilati telingaku aku kembali medesah kegelian aahhh….lalu aku menengok kebelakang ternyata mbak urip yang sedari tadi kutinggal sendirian kini ikut mengeroyokiku,
aku semakin bersemangat melayani mereka dengan hadirnya mbak urip aku harus merobah posisi bermain,dan aku berbaling dibawah lalu ku suruh mbak siti diatas dengan posisi 69,sedangkan aku mejilat vaginanya mbak siti dan mbak siti menjilat dan mengulum batang kemaluanku dan buah zakarku dijilat2 oleh mbak urip,lidahku terus menjilat lobang vaginanya mbak siti dan jariku menusuk kelobangnya dan mencari G sportnya,aku mengggosok dan menyedot dengan kencang kelentitnya dan mbak siti berhenti mengulum batang kemaluanku dan dia kembali mendesah aaagghhh…tuuaannn siti ngakkk taahhhaaannn… nnihh…
tampaknya mbak siti mengankat pantatnya lalu bebalik arah,langsung mengengam batang penisku lalu diarahkan kelubang kemaluannya,dan digosok2 dibibir vaginanya dan ditekan bleeesss….masuk sampai mentok kerahimnya dan kurasakan sendut2 dari lobang vaginanya kemudian mbak siti menaik turunkan pantanya sembari memutar kekiri kekanan,aku sangat menikmati gaya mbak siti akhirnya aku mendesah aagghhhh…. saat mulutku terbuka mendesah tiba2 pantat mbak urip turun kemukaku dengan vagina menganga uuppsss…tempel pas kemulutku sedangkan bulunya kena kehidungku berasa geli2,aku tergagap tidak bisa bernapas kunaikin dikit pantatnya lalu kuulurkan lidahku untuk menjilat2 kelentinya dan mbak urip mendesah kegelian karena lidahku sampai di G sportnya ia berasa kenikmatan aaahhh….sedangkan mbak siti menaikan pantanya dengan arunan semakin kencang dan akhirnya mbak siti berteriak dengan kencang sekali aagghhh….tuan..akuu….keluar…..ssrrr…sssrrr …berasa panas batang penisku karena keluarnya cairan kenikmatan mbak siti dan kembali mendesah panjang aagghhh…..oohhh……oohhhh…..
aku buru2 medekap mulutnya mbak siti,untuk menjaga jangan sampai seisi rumah pada bangun dan mbak siti ternyata telah orgasme,dan dia tetap menekan dan rupanya masih ingin merasakan batang kemaluanku lebih lama,aku merasakan denyut2 dan cengkraman vaginanya yang kencang dan juga melelehnya lendir yang mengalir di pahaku dan akhirnya beberapa menit kemudian mbak urip juga sudah pada hampir puncaknya sssttt….aahhh…aahh…..aduh tuan lidahnya enak banget mbak hampir keluar dan setelah itu dia mendorong tubuh mbak siti gantian dong mbak wong juga kepengen rasakan punya tuaannn…akhirnya aku cabut dari dalam vagina mbak siti lalu kubalingkan mbak siti dilantai dan kuarahkan batang kemaluanku lobang surganya mbak urip bleesss akhinya masuk aku berasa lebih longgar sedikit dibanding dengan mbak siti tetapi masih berara cengkramannya dan masuknya batangku dan diterima mbak urip dengan memutarkan pinggulnya kekiri kanan sedangkan mbak siti membalingkan badannya di sebelah mbak urip dengan memenjamkan matanya,dan beda dengan mbak urip dan aku sedang berpacu.
mbak urip akhirnya mendesah ssssttttt….aaggghhh..tttuaannn eennakk baaannggeettt punyaaa tuaaannn aduh… mbaaakkk.. hampirr..nyammpee.,mengetahui mbak urip mau sampe kepuncaknya aku harus berkerja lebih keras lagi untuk mengimbangi mbak urip,kugoyangkan pantatku maju mundur dan sembari kuputar pantatku akhir beberapa menit akupun hampir sampai kepuncaknya dan aku berkata mbak tuan hampir nyampe,dan mbak urip menjawab bareng2 ya tuuaaan….sssayyyaanngg…kuuuu…,dan akhirnya crooott….croott.. crooott….keluanya pejuku dan dibareng dengan orgasmenya mbak urip.tuaannn..nyaammpeee aakuuuu..aagghhhh….ssrr….ssrrr…keluarnya air kenikmatan mbak urip lalu bahuku tertancap kukunya mbak urip dengan datangnya orgasmenya aahhhh…eennkkk…iyaa..tuaaannnn
dan mulutku di ciumi oleh mbak urip bertubi2 dengan lidahnya menari2 di longga mulutku dan aku juga menyambut permainan lidahnya setelah selesai menciumku mbak urip berkata makasih ya tuan,dan takut mbak siti cemburu aku juga mencium bibirnya mbak siti dan disambut dengan antusiat dan mbak siti juga berkata tuan mbak siti senang banget kalau tiap malam bisa main sama tuan,dan setelah berendam lama divagina mbak urip aku mencabut keluar dan mbak urip berkata kepada mbak siti,mbak punya tuan di isap lagi yuk biar sampe bersih dan jangan sampai tuan repot2 ke kamar mandi lagi,lalu mereka berdua bergilir menjilat batang penisku yang masih terasa ngilu,akhirnya di jilat sambil mengulum sampai bersih
selang beberapa lama aku beristilahat dilantai dapur aku bertanya kepada mbak siti,mbak kamu liat ya aku maen sama mbak urip? dan mbak siti menjawab dengan menganguk kepalanya,dan aku berkata kenapa kamu dari tadi diam aja tidak dekatin tuan bermaen dengan mbak urip bersama dan mbak siti menjawab,mbak malu tuaann..dan aku bertanya kembali mbak tadi tuan tusuk kevagina kamu koq ngak ada darah? perawan kamu diambil sama siapa,dan mbak siti kembali menjawab dengan menunduk kepalanya,sama pacar tuannn,semasa dikampung setelah selesai kelas enam SD tuaann…
lalu aku bekata kembali sini kamu dekat tuan,dan mbak siti menuruti dan mendekat kesebelahku dan tanganku meraba2 buah dadanya yang tidak terlalu besar,mbak urip melihat aku memegang buah dada mbak siti dia pun medekati aku dan menggengam batang penisku yang masih loyo,dan mbak urip merebahkan badannya dan kepalanya menghadap keselakangku dan tangan mengenggam lidahnya menjilat2 kepala kemaluanku sampai bangun mbak urip tetap saja mengocok dan menjilat,dan setelah bangun kokoh dia berkata tuan mau ngak nyoba masukin ke anunya mbak siti biar dia ikut merasakan bagaimana enaknya,mbak sudah merasakan dan mbak siti kan belom tuann..mendengar perkataan mbak urip, mbak siti terbengong2 dan diapun menjawab ngak mau mbak takut sakit,dan mbak urip menjawab kemaren tuan sudah coba kelobang dubur mbak ngak sakit koq, malah enak sini mbak,mbak olesin pake mentega aja lebih licin seperti kemaren tuan olesin menteganya ke lobang pantat mbak,
akhirnya mbak siti menuruti perkataan mbak urip dan mbak siti disuruh mbak urip menungging kemudian mbak urip mengambil mentega diatas meja lalu di oles,setelah dioles mbak urip memasukin jarinya kedalam anusnya untuk memperlancar jalan masuknya batangku setelah kelihatan agak melebar lobang anusnya mbak siti lalu mbak urip mengenggam batang penisku ditarik dituntun ke lobang anal dan aku turuti dan kutekan penis,tetapi ada kesulitan masuk.dan mbak urip memasuki jarinya kelobang duburnya mbak siti kembali dan pelan2 di buka sedikit dan mbak siti berteriak kesakitan dan berkata uuddahhh mbakkk…..ngak mau sakiittt….. dan mbak urip menjawab sebentar juga ngak sakit tahan aja jangan tegang nanti juga enak,dan akhirnya mbak siti pasrah dan kutuntunkan kembali penisku lalu kutekan pelan2 sembari tangan mbak urip memegang batang penisku,dan akhirnya masuk hanya kepalanya dan kemudian kudiamkan sebentar lalu kutekan kembali dan agak masuk dan mbak urip berkata tuan tekan lagi aja, dan aku menuruti perkataan mbak urip akhinya kutancap sampai dalam sekali dan mbak siti mendesah sssttt….aduhh..sambil mengigit bawah bibirnya dan mengeluarkan air matanya.
dan aku bertanya sakit ya mbak… dan mbak siti mejawab iya tapi ngak apa2 tuan terus aja udah nanggung,dan mendengar kata mbak siti terus,lalu aku maju mundurkan batang penisku dan selagi aku bermaen dengan gaya doogie styleku lalu mbak urip merebahkan badannya dan kepalanya masuk keselangkangan mbak siti dan mbak urip menjilati buah zakarku dan tangannya mengorek2 dan mengosok kelentitnya dan dilobang vaginanya mbak siti dan terasa sekali sendut2 dari lobang anusnya mbak siti ,dan dengan bantuan rangsangan mbak urip membuat mbak siti tidak bisa brtahan lebih lama kemudian ia mendesah panjang ssstt…..aaghh….tuannn..mbakkkk….geliiii…ba ngettt…dan aku merasakan cengkraman duburnya yang kencang dan menyedot,aku semakin semangat mengenjot lebih cepat…akhirnya mbak siti berteriak kembali, aku nyampe..tuannnn…..dan mbak urip langsung menjilat dan menyedot sekeliling lobang vaginanya mbak siti sampai bersih
sementara aku belom apa2,dan mengetahui aku belom keluar mbak mendorong tubuhku sampai lepas dari duburnya mbak siti lalu ia menjilat dan mengocok2 dan dibantu oleh mbak siti akhirnya beberapa lama aku hampir keluar mbak urip berkata ke pada mbak siti gantian kamu yang kocokin tuan lalu mbak siti ambil ahli dikocok dan di jilat akhirnya aku sampai puncaknya dan aku memeramkan mataku sambil mendesis sssttt….aku mau keluarrrr…..tahannn iya….mbak…croott …crott….crot…batang penisku berdenyut2 berkali2 dan mbak siti menelan sambil bertahak2 karena banyak sekali air maniku keluar,dan mbak siti berkata asin banget…tuan… lalu aku berkata itukan asin karena rasa mentega..tapikan enakkan,lalu dicium2in batang penisku dan mbak siti berkata lagi tuan mbak suka banget ama ini sembari jarinya menunjuk batang kepenisku,
kemudian kami bertiga duduk dilantai sambil istilahat,dan aku bertanya kalian koq kayanya pinter banget tuan sampai lemes dengkul tuan lalu mbak urip menjawab kan belajar di filem seks yang sering tuan nonton sama nyonya aku kaget mendengarnya,koq kalian tahu.lalu mbak urip menjawab kembali waktu bebersihan kamar kami liat tv nya masih nyala tuan sama nyonya lupa matiin lalu pergi,dan lalu aku memanggil mbak siti ikut nonton,laen kali kita mau dong seperti di filem juga,
mbak urip lalu kembali berkata tuan lain kali maen dikamar mbak aja ya jangan sampai nyonya tau.aku lalu menjawab bagaimana kalau nyonya tahu lalu maen bareng2 apa kamu suka, aku hanya menjawab asal2an,lalu mereka menjawab mana mungkin nyonya mau ada juga kita2 bisa di pecat,dan mbak urip berkata kembali tuan kata temanku ada yang jual obat perangsang biar nyonya kepengen selagi dia nafsu ya kita pura2 mau bersihin kamar lalu tuan ngomong dong biar maen bareng2 apakah nyonya ngak marah ini kan cuma pendapat mbak aja dan tuan apakah kuat layani kita bertiga,dan mbak siti juga ikut berkata tuan kalau maen sama nyonya pintunya jangan di tutup dan lampunya dinyalakan biar mbak bisa ngintip,dan aku berpikir gila juga ide2 mbak2 ini mah pembantu hiper seks dan belum lagi ditambah sama istri wah!.. bisa2 dengkulku lemes ngak bisa jalan dan air maniku dikuras kedua pembantuku bagaimana aku bisa bikin keturunan lagi

Tante Dipaksa Keponakan

Namaku Ida. Usiaku adalah 34 tahun. Walaupun aku bukan termasuk cewek yang cantik, teman-temanku sering mengatakan kalau aku ini termasuk cewek yang menarik. Rambutku lurus berwarna hitam dengan panjang mencapai punggungku. Tubuhku yang sedikit berisi menyebabkan payudaraku menyesuaikan diri sehingga aku mengenakan bra nomor 36B untuk membungkus kedua payudaraku itu. Vaginaku dihiasi oleh bulu-bulu yang indah walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di kota Surabaya ini karena sampai saat ini aku masih belum menikah. Walaupun demikian, kehidupan seks yang aku jalani sangat indah karena aku selalu mendapatkan cara untuk memuaskan hasratku.
Pada suatu hari Minggu siang minggu ke tiga bulan September 2007, aku di telepon oleh keponakanku yang bernama Alex saat aku sedang membaca. Usianya 16 tahun dan berwajah lumayan tampan.
“Halo, tante Ida .. ?”, katanya dari seberang telepon.
“Iya, siapa ini..?”, tanyaku.
“Alex, tante..”
“Oh.. kenapa, Lex?”
“Tante, kalau boleh Alex mau minta bantuan tante.”
“Bantuan apa ?”
“Boleh tidak kalau tante jadi model untuk Alex foto ?”
“Buat apa kamu foto-foto tante?”
“Cuma iseng aja kok ..”
Aku mengerti dengan keinginannya ini. Alex sedang menekuni hobi fotografi sehingga tentu saja dia mencari-cari apa saja yang bisa di foto olehnya.
“Boleh saja..”, kataku.
“Terima kasih tante. Saya akan datang sebentar lagi. Kira-kira 10 menit lagi sampai. Kita foto-foto di rumah tante saja.”
“Oke, kalau gitu. Tante tunggu, ya…”
Aku menutup telepon itu dan segera menuju ke kamar tidurku untuk mengambil pakaian agar aku dapat menutupi tubuhku yang saat ini hanya sedang memakai celana dalam berwarna putih saja. Jika aku sendirian di rumah, aku memang biasanya selalu dalam keadaan setengah telanjang atau telanjang bulat. Bila ada yang hendak datang, baru aku mencari pakaian untuk menutupi tubuhku itu. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak aku berumur 27 tahun yaitu sejak aku tinggal sendirian di rumah itu.
Di dalam kamar tidurku, aku tidak langsung menuju lemari pakaian. Aku memutuskan untuk membubuhkan sedikit make up ke wajahku sebab Alex akan memakaiku sebagai model untuk fotonya dan aku ingin tampil sedikit menarik di depan kameranya. Setelah selesai memakai make up, dari dalam lemari pakaian aku mengambil sebuah rok terusan tanpa lengan berwarna putih dengan strip biru yang panjangnya sedikit di atas lututku. Tanpa memakai bra lagi, aku segera memakai rok itu dan merapikannya sebelum akhirnya aku mengikatkan ikat pinggang putih yang menjadi bagian dari rok itu.
Baru saja saat aku selesai mengenakan pakaianku, aku mendengar bel pintu berbunyi. Dengan melangkah sedikit cepat, aku keluar dari kamar tidurku dan segera menuju pintu depan untuk membuka pintu. Rupanya Alex sudah tiba di rumahku.
“Halo tante.. Tante kelihatan cantik“, katanya sambil tersenyum.
“Tentu saja. Kan mau jadi model.. ayo, masuk.. ”, kataku sambil tersenyum pula.
Alex segera melangkah masuk ke rumahku. Aku segera menutup pintu depan dan kemudian mengajaknya ke ruang tengah. Sesampainya kami di ruang itu, Alex berkata,
“Kita bisa mulai tante ?”
“Oh, bisa saja .. kamu mau di mana ?”, tanyaku.
“Bagaimana kalau di teman belakang rumah tante ?”
“Ok..”
Kami kemudian menuju ke taman belakang rumahku. Taman belakang rumahku termasuk cukup luas dan memiliki tatanan yang cukup bagus serta dikelilingi oleh pagar tembok yang cukup tinggi sehingga tidak ada orang yang bisa melihat ke dalam tamanku ini. Sesampainya kami di taman ini, Alex mulai mengeluarkan kamera digitalnya dan memulai kegiatannya. Alex bertindak sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya. Setelah beberapa lama, akhirnya kami hampir selesai.
“Tante, ini foto yang terakhir. Aku minta tante berdiri membelakangiku. Saat aku memberikan aba-aba, tolong tante berputar menghadapku. Tolong jangan berputar terlalu cepat. Biasa saja.. “, katanya.
Aku melakukan apa yang seperti dia katakan dan dia menjepretku. Akhirnya kegiatan kami sudah selesai dan kami tinggal melihat hasilnya. Alex segera memindahkan foto-foto tersebut dari memory card ke dalam laptop yang dibawanya. Setelah selesai, aku dan Alex bersama-sama memeriksa hasil fotonya. Foto yang terakhir membuatku agak terkejut, sebab di dalam foto itu terlihat bahwa ternyata saat aku berputar, rokku tersibak dan celana dalamku yang berwarna putih terlihat dengan jelas.
Selain itu, tanpa aku sadari ternyata bagian dada dari bajuku menjadi longgar karena beberapa kali bergaya sehingga sebagian payudaraku terlihat tidak tertutup, bahkan puting payudaraku terlihat samar-samar dari baliknya. Saat aku melihat keponakanku, wajahnya terlihat datar saja. Rupanya dia sudah tahu kalau hasilnya bakal begini.
“Foto ini paling bagus”, katanya.
“Tapi celana dalam tante kelihatan ..”, kataku.
“Justru di sini bagusnya. Tante kelihatan seksi sekali..”
Aku tersenyum saja. Walaupun sedikit merasa malu, aku menyukai fotoku yang terakhir itu juga.
“Lex, tante minta copy dari file gambar yang terakhir ini..”, katak.
“Oke..”, katanya.
Setelah kegiatan kami berakhir, Alex tidak langsung pulang. Kami kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang. Selama berbincang-bincang, Alex terus menatap bagian dadaku yang sejak tadi menampakan sebagian payudaraku seperti di dalam foto karena aku lupa untuk membetulkannya. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah beberapa lama, akhirnya aku berkata,
“Lex, kenapa melihat dada tante terus ?” Alex sedikit terkejut.
Dia menoleh ke tempat lain sambil menjawab,
“Ngak ada apa-apa, kok tante..”
Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku seperti itu.
“Lex, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok”, kataku.
Tanpa menunggu tanggapan dari Alex, aku melebarkan bagian dada bajuku sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas. Alex yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap kedua payudaraku dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya seperti itu tersenyum dan membiarkan Alex untuk menjelajahi dadaku dengan pandangannya. Akhirnya Alex menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku,
“Tante, bolehkah Alex memegangnya?”
Aku mengangguk sambil tersenyum.Tanpa membuang waktu lagi, Alex segera menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang. Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi Alex mulai menciumi dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku. Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian Alex.
Sambil terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka bajunya sehingga dalam sekejab Alex berada dalam keadaan telanjang bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam keadaan terangsang. Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya. Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan penisnya pula. Setelah beberapa saat lamanya, Alex melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata,
“Tante, kalau boleh aku juga ingin melihat memek tante”
Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rokku dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku kepadanya.
“Kamu buka sendiri celana dalam tante”, kataku.
Alex segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan rambut vaginaku sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana dalam putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan kewanitaaanku.
Alex membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian lututku dan mulai meraba vaginaku.
“Tante, ini indah sekali”, katanya sambil membelai rambut vaginaku dengan lembut.
Aku diam saja dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku. Dengan jarinya, Alex menyodok-nyodok liang vaginaku sehingga jarinya dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah Alex menjilati jari-jarinya itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia kembali menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan hal itu berkali-kali. Kelihatannya dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat.
Di saat aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat. Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah puas meraba vaginaku, Alex mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali ini rangsangan terasa semakin dahsyat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara Alex terus saja menciumi dan menjilati vaginaku. Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak tahan.
“Lex, buka pakaian tante sampai tante telanjang bulat..”, kataku sambil mendesah-desah.
Alex tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka ikat pinggang rokku dan tidak lama kemudian aku sudah berada dalam keadaan telanjang. Tidak lupa Alex meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi tergantung di kedua lututku sehingga tidak ada selembar benangpun yang tersisa di tubuhku. Alex terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang dalam keadaan polos tanpa pakaian.
“Tante cantik sekali. Tubuh tante bagus dan sexy”, katanya.
Aku tersenyum dan berkata,
“Kalau kamu suka, kamu boleh menyetubuhi tante. Tante mau berhubungan intim dengan kamu, kok..”
Dengan tersenyum, Alex kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan penisnya di depan vaginaku. Dengan satu hentakan lembut, seluruh penisnya terbenam ke dalam vaginaku yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan. Setelah itu, Alex mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku. Cairan kewanitaanku turut memberikan andil dalam membantu penis Alex agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku.
Setelah beberapa saat, Alex menarik penisnya dan memberikan isyarat agar aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya masuk kembali ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya Alex melakukan doggy style kali ini. Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim. Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku mendengar erangan kenikmatan dari bibir Alex yang disertai dengan semburan spermanya di dalam rahimku yang menandakan bahwa akhirnya Alex telah mencapai kenikmatan puncak pula.
Sperma Alex terasa hangat di dalam rahimku. Setelah menyemburkan spermanya, Alex mencabut penisnya. Aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat penisnya tercabut. Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran sperma Alex, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilat sperma yang melekatinya. Rasa sperma yang khas selalu membuat aku senang.
Setelah itu, aku membalikkan badanku yang dalam keadaan telanjang menghadapnya terlentang. Sisa sperma Alex yang sudah tinggal sedikit masih terlihat menempel di vaginaku bagian luar. Alex kemudian merebahkan dirinya di atas badanku dan memelukku. Aku segera membalas pelukannya. Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman bibir dengan mesra untuk beberapa saat lamanya. Perasaan yang nikmat masih tersisa di antara kami. Akhirnya setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali. Kami segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa dan berbincang.
“Tante, tadi enak sekali. Tante memang nikmat”, katanya.
Aku tersenyum saja dan lalu berkata,
“Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 16 tahun, tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks?”
“Ah, tante. Alex ini sudah sering melakukannya sama mama di rumah..”
Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, kakakku juga melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku sedikit lega sebab setidaknya kakakku tidak akan mempermasalahkan hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya.
“Terus, mana yang lebih enak? Mamamu atau tante ini?”
Alex tersenyum sambil berkata,
“Kalian berdua sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, Alex masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya tante lebih cantik dari mama, sih..”
“Apa kamu sering melakukan dengan mamamu?”
“Kalau papa ngak ada di rumah aja”
Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian Alex berkata,
“Tante, Alex mau pamit.”
“Sudah mau pulang ?”
“Iya, tante.”
“Ya, sudah kalau gitu. Hati-hati di jalan, ya..”
“Ok.. Oh ya, lain kali Alex masih boleh memotret tante?”
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“Tentu saja, kalau mau pose yang agak nakal tante bersedia kok”, kataku.
“Bayarannya pakai ‘itu’ ya..”
Kali ini aku tertawa.
“Apa saja, deh..”
Alex melangkah pergi sambil melambaikan tangannya. Aku membalas lambaiannya dan memandang dia mengendarai mobilnya sampai menghilang dari pandanganku sebelum akhirnya aku menutup pintu rumahku dan menguncinya. Hari ini merupakan hari yang sungguh menggembirakan bagiku karena aku memperoleh satu cara lagi untuk memuaskan hasratku.


Bonus Video 3 Gp : Download

Tante Vs anak 15 Tahun

Cerita ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu, waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, sebut saja nama teman Om saya Dody. Om Dody mempunyai istri namanya Tante Rina. Umur Om Dody kira-kita 40 tahun sedangkan Tante Rina berumur 31 dan mereka mempunyai anak berumur 5 tahun bernama Dino. Om Dody adalah teman baik dan rekan bisnis Om saya. Tante Rina seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang indah terutama bagian payudara yang indah dan besar. Keindahan payudaranya tersebut dikarenakan Tante Rina rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya selalu pada payudaranya Tante Rina.
Tak terasa sudah hampir seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dody pergi ke kantor dan Dino pergi rumah neneknya) Tante Rina memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kamar Tante Rina, tampak tante cuma mengenakan kaos kutang tanpa menggunakan bra sehingga dadanya yang indah terlihat nampak membusung.
“Van, Mau tolongin Tante”, katanya.
“Apa yang bisa saya bantu Tante”.
“Tante minta tolong sesuatu tapi kamu, tapi kamu harus rahasiain jangan bilang siapa-siapa”.
“Apaan Tante kok sampe musti rahasia-rahasian”.
“Tante minta tolong dipijitin”, katanya.
“Kok pijit saja musti pakai rahasia-rahasian segala”.
“Tante minta kamu memijit ini tante”, katanya sambil menunjukkan buah dadanya yang montok.
Saat itu saya langsung grogi setengah mati sampai tidak bisa berkata apa-apa.
“Van, kok diem mau nggak?”, tanya Tante Rina lagi.
Saat itu terasa penisku tegang sekali.
“Mau nggak?”, katanya sekali lagi.
Lalu kukatakan padanya aku bersedia, bayangin saya seperti ketiban emas dari langit, memegang buah dada secara gratis disuruh pula siapa yang nggak mau? Lalu saya bertanya mengapa harus dipijat buah dadanya, dia menjawab supaya payudaranya indah terus. Selanjutnya tante mengambil botol yang berisi krem dan dia segera duduk di tepi ranjang. Tanpa banyak bicara dia langsung membuka pakaiannya dan membuka BH-nya, segera payudaranya yang indah tersebut segera terlihat, kalau saya tebak payudaranya ukuran 36B, puting susu kecil tapi menonjol seperti buah kelereng kecil yang berwarna coklat kemerah-merahan.
“Van, kamu cuci tangan kamu dulu gih”, katanya.
Segera saya buru-buru cuci tangan di kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya. Ketika saya balik, Tante sudah berbaring telentang dengan telanjang dada. Wuih, indah sekali. Ia memintaku agar melumuri buah dadanya secara perlahan kecuali bagian puting susunya dengan krim yang diambilnya tadi. Grogi juga, segera kuambil krem dan kulumuri dulu di tanganku kemudian secara perlahan kulumuri payudaranya. Gila rasanya kenyal dan lembut sekali. Perlahan kutelusuri buah dadanya yang kiri dan yang kanan dari pangkal sampai mendekati puting. Sementara tanganku mengelus dadanya, kulihat nafas tante tampaknya mulai tidak beraturan. Sesekali mulutnya mengeluarkan bunyi,
“Ahh.., ahh”.
Setelah melumuri seluruh payudaranya, tante memegang kedua tanganku, rupanya ia ingin mengajariku cara memijat payudara, gerakannya ialah kedua tanganku menyentuh kedua buah payudaranya dan melakukan gerakan memutar dari pangkal buah dadanya sampai mendekati puting susunya, tante meminta saya agar tidak menyentuh puting susunya. Segera kulalukan gerakan memutari buah kedua buah payudaranya, baru beberapa gerakan tante memintaku agar gerakan tersebut dibarengi dengan remasan pada buah dadanya. Tante semakin terangsang nampaknya terus ia memintaku,
“Aahh, Van tolong remas lebih keras”.
Tanpa ragu keremas buah dada yang indah tersebut dengan keras. Sambil meremas aku bertanya mengapa puting susunya tidak boleh disentuh? Tiba-tiba ia menjambak rambutku dan membawa kepalaku ke buah dadanya.
“Van, Tante minta kamu hisap puting susu Tante”, katanya sambil napasnya tersengal-sengal.
Tanpa banyak tanya lagi langsung ku hisap puting susu kanannya.
“Van, hisap yang kuat sayang.., aah”, desah Tante Rina.
Kuhisap puting susu itu, terus ia berteriak,
“Lebih kuat lagi hisapannya”.
Setelah sekitar 10 menit kuhisap puting di buah dada kanannya gantian buah dada kiri kuhisap. Sambil kuhisap buah dadanya Tante membuka celananya sehingga dia dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian dia membuka celanaku dan meremas penisku. Tante kemudian memintaku telungkup menindih tubuhnya, sambil menghisap-hisap payudaranya Tante memegang penisku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. Setelah melalui perjuangan akhirnya penisku memasuki vagina tanteku. Semua ini dilakukan sambil mengisap dan meremas-remas buah dadanya. Pinggulku segera kugenjot dan terasa nikmat luar biasa sedangkan tante berteriak karena orgasme sudah dekat. Tak lama kemudian tante nampak sudah orgasme, terasa di liangnya tegang sekali. Kemudian giliranku menyemburkan air maniku ke liangnya dan kami pun terdiam menikmati momen tersebut, setelah itu tante mencium bibirku dengan lembut.
“Tadi nikmat sekali”, katanya terus dia memintaku besok kembali memijat payudaranya, dan aku mengiyakan.
Kemudian aku bertanya kepada tante kenapa dia begitu senang buah dadanya di sentuh dan dihisap, jawabnya ia tidak bisa melakukan hubungan seks kalau buah dadanya tidak dirangsang terus-menerus. Saat kutanya mengapa dia memilihku untuk melakukan hubungan Seks, dia menjawab dengan enteng,
“Saat kamu mandi, tante ngintip kamu dan tante lihat penis kamu besar..”
Tamat


Bonus Video 3 Gp : Download

Nikmatnya Mama dan Tanteku

Namaku Roy, 32 tahun. Saat ini aku tinggal di Bandung. Banyak yang bilang aku ganteng. Cerita ini dimulai ketika aku berusia 20 tahun. Saat itu tante Rina datang dan menginap selama beberapa hari di rumah karena suaminya sedang pergi keluar kota. Dia merasa sepi dan takut tinggal di rumahnya sendirian.
Tante Rina berusia 32 tahun. Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat. Aku suka lihat tante Rina kalau sudah memakai celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat membentuk, merangsang. Tante Rina adalah adik kandung Papaku. Waktu itu aku tidak masuk kuliah. Aku diam di rumah bersama Mama dan tante Rina.
Pagi itu, jam 10, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 38 tahun. Sangat cantik. Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat Mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada Mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memiaw Mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena Mama rajin merawatnya. Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh Mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat Mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh Mama sangat menggairahkan. Terutama memiaw Mama yang aku fokuskan.
Secara otomatis tangan aku meraba kontol dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang Mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi Mama. Sampai akhirnya..
Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.
Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara Mama memanggil aku.
“Roy..!” panggil Mama.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar Mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan Mama, Roy. Pegal rasanya…” kata Mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.
Waktu itu Mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki Mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster Mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada Mama, “
Ma, dasternya naikin ya? Mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya Mama.
“Seluruh badan Mama,” jawab aku.
“Ya sudah, Mama buka baju saja,” kata Mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Roy!” kata Mama sambil kembali tengkurap.
Darahku berdesir melihat Mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung Mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.
Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan memijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tanganku di paha Mama sambil mata terus memandangi pantat Mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat Mama, tapi langsung naik memijit pinggang Mama.
“Kok dilewat sih, Roy?” protes Mama sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm.. Roy takut Mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang Mama minta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta Mama.
Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat Mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat Mama yang bulat dan padat. Kontolku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitanku. Karena birahiku sudah naik, aku sengaja memasukkan tanganku ke celana dalam Mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani. Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat Mama sampai ke belahan memiaw Mama. Jariku diam disana. Aku takut Mama marah. Tapi Mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakkan jari tengahku di belahan memiaw Mama. Mama tetap diam. Terasa memiaw Mama mulai basah. Dan aku tahu kalau Mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin Mama merasa enak menikmati jariku di belahan memiawnya. Itu perkiraan aku. Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memiaw Mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.
“Roy, kamu ngapain?” tanya Mama sambil membalikkan badannya.
Aku kaget dan takut mama marah.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata Mama.
“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata Mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat Mama,” kata Mama sambil menggeserkan badannya.
Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Roy,” ujar Mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata Mama.
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu.
Kemudian aku berbaring di samping Mama. Mama menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa bernafsu dengan Mama, Roy,” tanya Mama lembut.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.
“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak Mama sudah mulai dewasa,” kata Mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya Mama.
“Maksud Mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut Mama sambil tangannya meraba kontolku dari luar celana.
Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium bibirku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.
“Buka pakaian kamu, Roy,” kata Mama.
Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana. Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“Kontol kamu besar, Roy…” kata Mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya.
Enak rasanya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya Mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.
Lalu Mama menarik pantat aku hingga kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu Mama mulai menjilati kontolku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika Mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidah Mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut Mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba Mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok kontolku perlahan.
“Enak sayang?” tanya Mama sambil menengadah menatapku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar Mama sambil menarik tanganku.
Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh Mama. Aku arahkan kontolku ke lubang memiawnya. Tangan Mama membimbing kontolku ke lubang memiawnya.
“Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar Mama sambil terus memandang wajahku.
Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluar masukkan kontolku di memiaw Mama. Aku cium bibir Mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.
“Enak, Roy?” tanya Mama.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi Mama.
Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.
“Kenapa Mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku.
Sambil tersenyum, mata Mama kelihatan berkaca-kaca.
“Karena Mama sayang kamu, Roy…” jawab Mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya. “Lagipula saat ini Mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi Mama.
“Roy juga sangat sayang Mama…” ujarku.
“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah Mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah Mama lagi.
Tak lama kurasakan tubuh Mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul Mama makin keras. Lalu..
“Ohh.. Enak sayangg…” desah Mama lagi ketika dia mencapai orgasme.
Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari kontol aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh Mama..
“Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh Mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memiaw Mama.
“Keluarin sayang…” ujar Mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik Mama mesra.
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memiaw Mama.
“Mmhh…” desahku.
Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir Mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata Mama.
Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal. Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika Mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Rina masih nonton TV. Tante Rina memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.
Tiba-tiba tante Rina bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,
“Ggapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama Mama kamu di kamar?” tanya tante Rina. “Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin Mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.
“Mau tidur,” jawabku pendek.
“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Rina.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.
“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.
Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Rina. Tante Rinapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main-mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Rina. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya.
“Mmhh..” Suara tante Rina mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman.
Tangan tante Rinapun tidak diam. Tangannya meremas kontolku dari luar celana kolorku. Kontolku langsung tegang.
“Roy, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Rina.
“Iya tante…” jawabku.
Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina. Setiba di kamar, tante Rina dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.
“Ayo Roy, tante sudah gak tahan…” ujar tante Rina sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.
Aku segera menindih tubuh telanjang tante Rina. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Rina sambil meremas buah dada yang satu lagi.
“Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Rina sambil tangannya memegang kepala aku.
Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Rina segera melebarkan kakinya mengangkang. Memiaw tante Rina bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehingga nampak jelas belahan memiawnya yang bagus. Aku segera jilati memiaw tante Rina terutama bagian kelentitnya.
“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Rina sambil badannya mengejang menahan nikmat.
Tak berapa lama tiba-tiba tante Rina mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memiawnya.
“Oh, Roy.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Rina.
Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memiaw tante Rina, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Rina langsung membalas ciumanku dengan mesra.
“Isep dong kontol Roy, tante…” pintaku. Tante Rina mengangguk sambil tersenyum.
Lalu aku kangkangi wajah tante Rina dan kusodorkan kontolku ke mulutnya. Tante Rina langsung menghisap dan menjilati kontolku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat kontolnya lebih pintar dari Mama.
“Udah tante, Roy udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante Rina melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memiawnya.
“Ayo, Roy.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Rina.
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. kontolku keluar masuk memiaw tante Rina.
“Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu kukecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Rina mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Roy, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh..Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.
Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara aku terus memompa kontolku di memiawnya.
“Tante udah keluar, sayang…” bisik tante Rina.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.
“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.
“Roy mau keluar, Tante…” kataku.
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.
“Cabut dulu…” ujar tante Rina.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.
Aku cabut kontolku dari memiawnya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Rina lalu menghisap kontolku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott..
Air maniku keluar di dalam mulut tante Rina banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam ke dalam mulut tante Rina. Tante Rina dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok tongkolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya bersetubuh dengan tante Rina. Aku segera berpakaian. Tante Rina juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.
“Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Rina.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.
“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra.
Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar. Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, Mama duduk di sampingku waktu aku makan.
“Roy, semalam kamu ngapain di kamar tante Rina sampe subuh?” tanya Mama mengejutkanku.
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi Mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, Mama berkata,
“Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya Mama.
Plong rasanya perasaanku mendengarnya.
“Iya, Ma.. Roy suka tante Rina,” jawabku.
“Baiklah, Mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar Mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar Mama lagi.
“Kenapa Mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena Mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar Mama.
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Roy sayang Mama,” kataku lagi.
“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu Mama gak?” tanya Mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar Mama sambil mengusap kontolku.
“Roy akan lakukan apapun buat Mama…” kataku.
Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata Mama.
Aku mengangguk. Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Rina kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Rina kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel. Sedangkan dengan Mama, aku sudah mulai jarang menyetubuhinya atas permintaan Mama sendiri dengan alasan tertentu tentunya. Dalam satu bulan hanya 2 kali.


Silahkan Lihat Videonya : Download